Perbagus Niat Anda… Tunjukanlah Niat Pada Allah Semata

Secara sengaja, saya pernah memerhatikan cara – cara bermuamalah orang di sekitar saya. Namun, selama hidup beberapa tahun bersama mereka, saya tiadak pernah melihat senyuman mereka. Bahkan, saya tidak pernah melihat mereka sekalipun berbasa-basi untuk merespon suatu kelakar, atau menanggapi dengan ramah setiap perkataan orang lain terhadap mereka.

Melihat kenyataan tersebut, saya berkesimpulan bahwa mereka telah terbiasa hidup dengan watak dan sikap seperti itu terhadap siapa pun. Namun, langkah terkejutnya diri saya ketika melihat perubahan sikap dan watak mereka yang sangat drastis ketika melihat perubahan sikap dan watak mereka yang sangat drastis ketika berada di sebuah pertemuan penting yang dihadiri oleh orang-orang kaya dan para pejabat. Pasalnya, di tempat tersebut mereka terlihat sangat murah senyum dan ramah kepada siapa saja.

Dari perubahan ini, saya menyimpulkan bahwasannya senyuman dan keramahan yang mereka tampakkan saat itu tidaklah tulus, atau hanya berdasarkan suatu kepentingan.

Akibatnya, mereka pun kehilangan pahala yang sangat besar.

Karena, seorang mukmin akan senantiasa beribadah kepada Allah dengan seluruh akhlak terpuji dan kecakapan yang baik dalam bermuamalah dengan setiap orang. Artinya, Ia berakhlak terpuji dan bersikap baik kepada orang lain bukan karena kedudukan atau harta, bukan pula karena ingin mendapat pujian orang lain, disukai oleh lawan jenis, atau mendapat pinjaman harta, akan tetapi semata – mata agar dicintai Allah dan Allah menjadikan dirinya dicintai oleh semua makhluk-Nya.

Benar. Betapapun, barangsiapa memandang berakhlak terpuji itu sebagai suatu ibadah, niscaya ia akan selalu bermuamalah sebaik – baikny terhadap orang kaya ataupun miskin, dan juga terhadap seorang pimpinan ataupun seorang bawahan.

Seandainya suatu hari seorang petugas kebersihan jalan menyodorkan tangannya kepada Anda untuk bersalaman, lalu di tempat lain seorang pejabat tinggi juga menyodorkan tangannya kepada Anda untuk bersalaman, saya tidak tahu apakah Anda akan menyambut tangan keduanya dengan keramahan, senyuman, dan keceriaan wajah yang sama atau tidak.

Namun yang pasti, menurut Rasulullah S.A.W, keduanya harus sama – sama mendapat sambutan yang ramah, tulus, dan penuh kasih sayang. Pasalnya, bisa jadi orang yang Anda remehkan dan tidak Anda pedulikan itu adalah justru orang yang di sisi Allah lebih baik dari seluruh isi dunia ini daripada orang yang Anda hormati dan Anda sambut dengan hangat.

Beliau S.A.W pernah bersabada “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat kelak adalah orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian” HR Tirmidzi

Beliau juga pernah berkata kepada Asyaj ibn Abdu Qais, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua hal yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya”
Apakah kedua hal tersebut: shalat malamkah atau shaum di siang hari?
Asyaj r.a. sangat gembira dengan kabar tersebut dan langsung bertanya, “Apa kedua hal tersebut, wahai Rasulullah?”
Beliau s.a.w menjawab, “Kesabaran dan kemurahan hati.” HR. Ahmad dan Muslim

Dan ketika ditanya tentang kebajikan, beliau menjawab, “Kebajikan itu adalah dengan berakhlak terpuji.” HR. Muslim

Sedangkan ketika ditanya tentang perkara yang akan paling banyak membawa orang – orang ke surga, beliau menjawab, “Ketakwaan kepada Allah dan akhlak terpuji.” HR. Tirmidzi

Rasulullah pun bersabda “Seorang mukmin yang paling sempurna imannya adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan lembut perangainya (murah hati), yaitu orang yang ramah terhadap orang lain dan rang lain ramah terhadapnya. Dan sesungguhnya tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak ramah terhadap orang lain dan orang lain tidak ramah terhadapnya.”HR Tirmidzi

Pada kesempatan lain, beliau juga pernah bersabda “Tidak ada suatu perkara pun yang lebih berat timbangannya dari akhlak yang terpuji.”HR Abu Daud

Kemudian, beliau juga telah menegaskan “Sesungguhnya dengan akhlak terpujinya, seseorang akan bisa mencapai derajat orang yang senantiasa bangun shalat malam dan berpuasa pada siang hari” HR. Tirmidzi

Singkat kata, barangsiapa berakhlak terpuji maka dia akan mendapat keuntungan di dunia dan di akhirat.

Coba perhatikanlah riwayat tentang Ummu Salamah r.a berikut ini:
Ketika sedang bersama Rasulullah s.a.w, Ummu Salamah teringat akan kehidupan akhirat dan apa yang terlah dipersiapkan oleh Allah pada kehidupan tersebut. Maka berkatalah Ummu Salamah, “Wahai Rasulullah, seorang wanita memiliki dua suami saat di dunia.

Kemudian apabila ia dan kedua suaminya meninggal dunia damn mereka semua masuk surga, akan bersama suaminya yang manakah wanita tersebut di surga?”

Apakah jawaban beliau? apakah yang akan beliau katakan? Apakah beliau akan menjawab bahwa ia akan bersama suaminya yang paling banyak shalat malamnya, yang paling banyak puasanya, ataukah yang paling luas ilmunya?

Tidak. ternyata bukan itu jawaban beliau s.a.w. Akan tetapi, beliau menjawab “Dia akan bersama suaminya yang paling baik akhlaknya.”

Ummu Salamah terkejut dengan jawaban tersebut. Melihat keterkejutannya, Rasulullah s.a.w berkata kepadanya, “Wahai Ummu Salamah, akhlak yang terpuji itu akan membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat.”

Ya, akhlak yang terpuji itu akan membawa kepada kebaikan dunia dan akhirat. Adapun yang dimaksud dengan kebaikan dunia adalah tertanamnya kecintaan di hati setiap makhluk terhadapnya, sedangkan kebaikan akhirat adalah pahala besar yang akan diperolehnya kelak. Bahkan, meskipun seseorang mengerjakan banyak amal shaleh, niscaya amal-amalnya itu bisa rusak dan tidak bermanfaat bila ia berakhlak tercela.

Suatu ketika diceritakan kepada Nabi s.a.w terntang seorang wanita yang rajin melaksanakan shalat, berpuasa, bersedekah, mengerjakan kebajikan ini dan itu. Akan tetapi ia juga sering menyakiti tetangganya dengan lidahnya (baca: berakhlak tercela)

Maka Nabi s.a.w pun bersabda “dia kelak akan masuk neraka”

Pada diri Nabi s.a.w terdapat banyak suri tauladan dalam hal akhlak yang terpuji; beliau s.a.w adalah orang yang murah hati, berani dan tegas, lembut dan santun, lebih pemalu dari seorang gadis yang tengah dipingit, dan senantiasa memegang amanah serta jujur dalam bertutur kata. Dan orang-orang kafir telah bersaksi atas semua akhlak terpujinya ini sebelum orang-orang yang beriman; juga orang-orang fasik sebelum orang-orang saleh.

Bahkan, pada saat turunnya wahyu yang pertama kepada beliau s.a.w dan Khadijah r.a melihat perubahan keaadaan beliau yang terus diterpa kecemasan dan kekhawatiran.

Khadijah sampai berkata kepada beliau s.a.w. “Tetapkanlah hatimu. Demi Tuhan, Allah tidak akan pernah mengecewakan dirimu.” (Mengapa?)

Khadijah melanjutkan, “Bukankah engkau senantiasa menyambung tali silaturahim , membantu yang lemah, memberi orang yang tidak mampu, memuliakan tamu, menolong orang yang mendapat musibah, berkata jujur, dan menunaikan amanah dengan baik?”

Selain itu, Allah juga telah memujinya dengan pujian yang akan selalu kita baca sampai Hari Kiamat kelak, yaitu dalam firman-Nya yang berbunyi “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”(QS. Al-Qalam: 4) Ditegaskan pula, bahwasannya akhlak beliau s.a.w. adalah al-Qur’an. Apabila membaca, “dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al-Baqarah: 195) maka beliau berbuat baik terhadap siapa saja; terhadap orangtua ataupun anak kecil, terhadap si kaya ataupun si miskin, terhadap mereka yang berkedudukan tinggi ataupun mereka yang biasa-biasa saja.

Kemudian ketika mendengar firman Allah, Maka maafkanlah dan biarkanlah mereka…”(QS Al-Baqarah: 109), beliau s.a.w pun senantiasa memberi maaf setiap orang yang bersalah kepadanya. Manakala membaca firman Allah “Serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada Manusia…”(QS Al-Baqarah:83) beliau juga selalu berbicara kepada siapa pun dengan perkataan dan ucapan – ucapan yang baik.

Karena beliau s.a.w adalah panutan kita, hendaklah sikap dan perilaku beliau s.a.w. juga menjadi sikap dan perilaku kita. Perhatikanlah kehidupan beliau s.a.w; bagaimana beliau bemuamalah dengan orang lain, bagaimana beliau menyikapi kesalahan mereka, bagaimana beliau menghadapi gangguan mereka, bagaimana upaya keras beliau untuk menyenangkan mereka, dan bagaimana perjuangan beliau dalam menyeru mereka kepada kebenaran.

Suatu hari, Anda melihat beliau s.a.w. membantu meringankan beban orang miskin, hari berikutnya beliau mendamaikan dua belah pihak yang tengah berselisih, dan pada hari lainnya beliau menyeru orang – orang kafir kepada Allah. Demikian seterusnya hingga umur beliau pun semakin tua dan tulang beliau semakin melemah. Dan tentang keadaan belaiu s.a.w. di akhir hayatnya, Aisyah r.a menuturkannya sebagai berikut: “kebanyakan shalat Nabi s.a.w setelah beliau tua adalah dikerjakan sambil duduk.” Mengapa? Tak lain karena tulang beliau s.a.w telah dilemahkan oleh banyaknya beliau berbuat untuk umat manusia.

Bahkan, karena ingin selalu berakhlak mulia sepanjang hidupnya, beliau s.a.w sampai berdo’a kepada Allah seperti ini: “Ya Allah, sebagaimana telah Engkau baguskan tubuhku, baguskan pula akhlakku.”

Beliau juga pernah berdoa seperti ini:

Ya Allah, tunjukillah kepadaku akhlak yang terpuji, karena tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepada akhlak yan terpuji kecuali Engkau. Dan palingkanlah diriku dari akhlak yang tercela, karena tidak ada yang bisa memalingkan akhlak yang tercela dariku kecuali Engkau.

Singkat kata, kita semua sangat perlu meneladani semua akhlak beliau s.a.w. dalam interaksi kita dengan sesama orang Muslim dalam rangka mengambil hati mereka dan mengajarkan kebaikan kepada mereka, juga dalam pergaulan kita dengan orang – orang kafir agar mereka mengetahui Islam yang sebenarnya.

Isyarat
Perbaguslah niat Anda agar kecakapan Anda bermuamalah dengan orang lain menjadi sebuah ibadah yang bisa mendekatkan diri Anda kepada Allah

Sumber:
Istamti’ bi hayatika/Enjoy Your Life, Muhammad Al-Ariefi, Qisthi Press, 2008

Leave a comment